Part 6

Hanandita Ayurani

            Ketika dia bertanya pada langit sore ini, apa sebenarnya tujuanmu?.  Hanya untuk tahu apakah senja di Seoul masih sama ataukah sudah berbeda?. Semilir angin hanya sekedar menyiram tanah pagi dengan embun yang tidak seberapa. Dia masih begitu penasaran dengan rasa harum aroma kopi Americano yang dulu dia pernah rasakan bersama Han Gyu Won di sepanjang Jeonju-Seoul, masih di kedai kopi yang sama yakni kedai kopi Chongju di perempatan sebelum tanjakan ke arah Coex Mall Seoul. Masih terngiang jelas bagaimana bau hujan salju pertama yang dihabiskan berdua didepan Mall SM Town, lokasi favorit para penggila Kpop untuk berburu merchandise artis SMentertainment macam girls generation, exo, super junior, juga red velvet.
            “Yeppoyo”, sambil berjalan mundur, mengulurkan seyum khas dengan mata sipitnya pada Nana.
            “mo ga yeppo?nan?animyon bi?”balas Nana segera setelahnya sambil terus memandangi kenangan yang mungkin akan tergerus waktu ketika nanti exchange akan segera berakhir. Namun di bawah pencakar kaki Namsan Tower, dia berjanji bersama Han Gyu Won bahwa Nana akan membawa kembali kenangan Bantul menuju Seoul sepulangnya kembali dari pertukaran mahasiswa. Ini bukan soal cerita cinta yang akan membuatmu mengharu biru seperti ketika menonton film Kabhi Kushi Kabhi Gham. Ini adalah sebuah kisah yang sangat biasa yang entah akhirnya tidak bisa untuk ditebak. Tentang perjalanan hati yang memilih untuk mencintai apa yang ada saat ini, bukan tentang ketakutan yang akan kamu temui esok hari. Sebuah cinta yang tidak berbatas apapun, sama ketika Han Gyu Won selalu penasaran dengan Tuhan yang selalu Nana banggakan.
            Manusia tidak akan pernah tahu kemana hati akan pergi, singgah, dan berlabuh untuk selamanya. Bukan tentang hidup yang ada dalam semua drama yang senantiasa semua orang bisa menontonnya. Hidup bukan seperti ketika tokoh wanita yang jatuh cinta dengan pangeran pada pandangan pertama. Tapi tentang jarak antara bumi Bantul Seoul yang menjadi semakin dekat. Seperti perasaan Nana yang selalu tak pernah memikirkan akan kemanakah hati yang telah ia tambatkan pada seonggok hati yang telah sejak dilahirkan terpaut pada Seoul. Dia tidak akan berfikir bagaimana mentari esok di khatulistiwa telah menunggunya untuk kembali, Nana hanya akan menyadari bahwa dia telah menemukan cinta di Seoul.
***
            Bus akan datang sekitar setengah jam lagi, para penumpang juga semakin tidak sabar untuk segera pergi ke tujuan masing-masing. Dinding SMA 7 Yogyakarta juga masih sama seperti delapan tahun yang lalu saat Nana memasuki sekolah itu sebagai siswa baru di SMA. Dan kini, Nana akan segera memastikan kelolosan wawancara untuk mendapatkan tiket beasiswa master di Chonbuk National University South Korea. Negara yang teramat sangat hangat menyambutnya dengan cinta yang mulai bermekar di awal winter 2015, memperkenalkannya dengan Han Gyu Won yang sudah teramat jauh membawa hatinya singgah di Jeonju. Yogyakarta selalu menawarkan cinta disetiap sudut perjalanan Nana dari Bantul-Yogyakarta-Seoul, tapi Seoul menyediakan magnet lebih kuat untuknya menapakkan diri menjadi mahasiswa master LPDP tahun 2017.
            Awal perkuliahan September 2017, Hanandita Ayurani telah kembali menghirup segarnya pohon yang mulai berguguran di sepanjang jalan Chambit Residence ke departemen graduate farmasi Chonbuk National University. Lapangan juga masih sama seperti dulu, digunakan secara terjadwal oleh kelompok mahasiswa asing yang sedang bermain rondes. Bus-bus berwarna kuning yang dahulu selalu diparkir di terminal mini dekat residence sekarang sudah beberapa berganti menjadi baru. Sudah tidak ada lagi rumah temporary semacam gerbong yang dahulu selalu Nana lewati ketika malam sepulang alba, dahulu rumah temporary itu selalu mengeluarkan harum aroma sedap kopi setiap malamnya. Sama seperti harum bau Han Gyu Won yang sudah tidak bisa ditemui di gang Yoonghua.

            Tekatnya telah membulat, Nana akan kembali untuk memastikan apakah Han Gyu Won merupakan takdir yang pernah dipertemukan dalam nasib yang baik dua tahun lalu ataukah bukan. Sebenarnya memang dari awal tujuannya adalah melanjutkan studi untuk mendapat gelar master, namun terselip berjuta tanya yang masih mengambang dalam benaknya yang terdalam, ketika kamu tidak bisa menghentikan hidup, kenapa kamu harus menghentikan cinta?. Sebuah pepatah lawas yang dia temui dalam film India tahun 2000 yang berjudul Cinta atau Mohhabatein. Jika kamu tidak bisa menghentikan kehidupan, kenapa harus menghentikan cinta?. Ketika pertama kali bertemu dengan Han Gyu Won, Nana tidak pernah mensyaratkan bahwa Han Gyu Won akan menjadi teman terakhir hingga kembali ke Indonesia, tetapi dia tidak bisa membendung rasa penasaran tentang kisah akan dia jalani ketika nanti memeluk winter untuk pertama kali setelah Han Gyu Won berlalu dua tahun yang lalu.

Komentar

Postingan Populer