Belajar Bagaimana Menjadi Seorang Pemenang Sejati.



If Your Dream Don’t Scare You, They Are Not Big Enough. Quote
Sejanak marilah kita belajar kembali apa arti menang, apakah menang undian berhadiah ataukah memenangkan suatu kompetisi. Lalu setelah berfikir soal apa itu menang dan menjadi pemenang, kita tengok diri kita masing-masing. Aku menulis bukan karena aku sudah mendapatkan apa yang aku anggap sebagai sebuah kemenangan, bukan juga karena aku memenangkan suatu pertandingan. Tetapi aku menulis tulisan ini dengan harapan aku bisa mendokumentasikan bagaimana aku berproses dalam kehidupan untuk menjadi lebih baik. Terutama soal bagaimana aku akan memaknai menang dan menjadi pemenang sejati. Sejatinya tulisan ini adalah bagian dari proses dimana aku berusaha untuk menemukan kepercayaan diri dan berjuang untuk melawan diri sendiri. Semoga Tuhan selalu memeluk mimpi-mimpi kita semua. Aamiin
Aku adalah salah satu orang yang sangat membenci kekurangan. Dulu aku adalah orang dengan tipe bekerja yang harus menghasilkan sesuatu yang sempurna dan tidak ada sebuah cacat. Sampai akhirnya aku hidup di dunia ini selama 22 tahun dengan mengalami begitu banyak problem yang dulu aku selalu anggap itu adalah masalah besar. Aku terlahir dan tumbuh dengan begitu banyak kekurangan, itu anggapanku dulu. Aku selalu hidup dengan membenci kekurangan yang aku anggap dulu selalu ada dalam setiap jengkal kehidupanku. Ada banyak hal yang akhirnya membuatku sampai pada titik dimana aku menjadi manusia yang tertekan karena apapun kesalahan dan kesialan yang terjadi dalam kehidupan selalu aku limpahkan kepada diriku sendiri. Singkatnya aku menjadi orang yang tidak pernah membenci dan marah pada orang lain atas suatu kesialan tetapi dampaknya aku menjadi tertekan hebat ketika aku melakukan suatu kesalahan kecil.
Aku beruntung bahwa aku bisa memasuki lingkungan dimana anak-anak selalu berkompetisi untuk mendapatkan sesuatu yang lebih baik seperti prestasi dan sebagainya. SMA adalah masa dimana aku aku berusaha dengan keras untuk memahami diriku sendiri dan tipe orang yang seperti apa aku. Hal itu berlangsung sampai aku mendapatkan lingkungan baru yaitu lingkungan kampus. Aku beruntung, masuk ke dalam lingkungan orang-orang dengan motivasi dan rasa haus akan pencapaian yang sangat tinggi dan kompetitif. Rasa beruntung yang tidak begitu kusadari pada awalnya karena aku mengira memang aku kuat dan mampu untuk merayu Tuhan agar aku bisa masuk ke dalam lingkungan itu. Sampai pada akhirnya pencarian jati diriku belum selesai hingga aku masuk dunia kampus.
Dunia kampus yang mengajarkan aku orang seperti apakah aku ini. Aku selalu berfikir apakah orang-orang di sekitarku sudah percaya bahwa aku punya kemampuan. Aku selalu berfikir, apa yang sudah dicapai oleh orang lain dan aku belum capai maka aku harus bisa mencapainya bagaimanapun sulitnya. Dulu aku berfikir bahwa itu bagus karena bisa membuatku termotivasi untuk menjadi lebih baik. Aku sempat berfikir mungkinkah orang lain menganggapku ada?, keberadaanku, terutama kemampuanku. Tetapi sampai pada suatu ketika aku menyadari bahwa aku yang selalu benci dengan kekurangan adalah orang yang tidak pernah benar-benar mengontrol kekurangan tersebut dengan baik. Motivasi yang kemudian aku sadari berjalan dan berkelok ke arah yang salah. Aku tidak benar-benar mengontrol kekurangan namun hanya melihatnya secara semu.
Aku tergiring menjadi seperti sebuah robot yang benci kelemahan, senantiasa ketakutan terhadap apa yang orang lain sudah capai. Pada akhirnya aku menjadi ketakutan dan tidak fokus untuk mencurahkan tenaga kekhawatiran untuk hal yang lebih perlu. Aku keropos dan rapuh jika aku tidak segera menyadarinya. Sampai suatu ketika aku belajar kembali seperti seorang yang punya jiwa menjadi public figure sejati seperti para Idol Korea. Mereka semua bisa menampilkan secara baik sisi terbaik dari diri mereka sendiri. Mereka tidak pernah merasa takut untuk menampilkan sisi terbaik tanpa merasa rendah diri dengan orang lain. Tidak berkompetisi dengan orang lain adalah jawaban yang selama ini aku cari. Aku sudah merasa melakukan perubahan itu tetapi ternyata belum, dan masih terjebak dengan kompetisi semu untuk mendapat label pemenang semu. Hal yang sejatinya harus benar-benar aku lakukan adalah memiliki jiwa pemenang untuk bertempur dengan diri sendiri.
Sejatinya setiap orang itu istimewa termasuk juga aku. Aku memiliki jiwa bekerja keras untuk menampilkan sisi terbaik karena aku benci kekurangan. Aku harus mengkombinasikan itu untuk bertempur melawan diriku sendiri. Aku adalah salah satu bakat istimewa yang pernah Tuhan ciptakan dalam kehidupan ini, dan aku ada karena aku bernafas. Aku bernafas karena aku ingin dunia tahu bahwa aku berperan dalam kehidupan sekecil apapun itu. Memiliki jiwa pemenang memang tidak mudah, tapi bukan berarti membuat kita menyerah. Aku adalah manusia biasa yang banyak kekurangan, tetapi ada begitu banyak kelebihan yang aku bisa gunakan untuk menjadi seorang pemenang atas diriku sendiri. Aku akan berhenti dari rasa takut dan ketakutan yang tidak pernah menjadi nyata. Menjalani takdir terbaik yang aku ciptakan, dan yakin bahwa aku berhak atas impianku sendiri untuk memenangkan tiket master dengan beasiswa di Seoul National University 2017/2018.

Renungan perjalanan hari menuju Seoul 2017/2018

Sanden 10.57 Agustus 24, 2016

Komentar

Postingan Populer