Buddy Program : Edisi Jeonju Hanok Village



           Hari ini aku ingin membagi cerita tentang kegiatan Buddy bersama temanku satu kelompok. Sebelum aku bercerita panjang lebar aku akan menjelaskan sedikit apa itu grup buddy, mungkin akan sedikit berguna bagi teman-teman yang belum mengetahui. Grup Buddy adalah satu kelompok yang dibentuk oleh Universitas untuk melakukan suatu kegiatan. Grup buddy diperuntukkan untuk mahasiswa Internasional (exchange student), dan nama programnya adalah buddy program. Untuk mahasiswa S1, S2, S3 yang belajar di Korea Selatan, aku sendiri kurang begitu tahu apakah ada program buddy ataukah tidak. Biasanya program buddy diselenggarakan dibawah kantor urusan internasional masing-masing universitas yang mengurusi mahasiswa internasional yang belajar disini. Satu grup buddy terdiri dari 5-6 orang mahasiswa dimana akan ada dua mahasiswa asli Korea Selatan sebagai buddy atau pemandu. Untuk grup buddyku sendiri terdiri dari dua mahasiswa asli Korea, dua mahasiswa asal China, dan aku sendiri asal Indonesia. Untuk kegiatan buddyku sendiri universitas menghibahkan dana senilai 200.000 won sebagai modal untuk melakukan kegiatan selama satu semester. Kegiatan buddy program sendiri bisa dikatakan adalah kegiatan senang-senang yang mana kegiatan dilakukan dengan mengunjungi lokasi wisata atau makan bersama di tempat makan. Kemungkinan besar kegiatan ini bertujuan untuk mengenalkan lingkungan sekitar kepada mahasiswa asing. 


            Hari ini kami pergi ke Jeonju Hanok Village, sebelum berangkat kami membuat janji untuk bertemu di pintu gerbang kampus yang lama pukul 3 pm waktu setempat. Kami berangkat ke Jeonju Hanok Village menggunakan taksi. Akan aku jelaskan sedikit apa itu Jeonju Hanok Village, mungkin bagi teman-teman yang belum mengetahui bisa sedikit berguna. Jeonju Hanok Village adalah lokasi wisata yang menjadi ikon kota Jeonju dan juga Korea Selatan. Jeonju Hanok Village adalah lokasi wisata yang menjual suasana bangunan tradisional Korea jaman dahulu. Ada sekitar 200 buah bangunan asli tradisional rumah Korea yang masih dipertahankan sebagai ikon. Bangunan-bangunan tradisional ini yang biasanya digunakan untuk keperluan shooting drama sejarah, meskipun aku sendiri kurang tahu apakah ada drama yang pengambilan gambarnya dilakukan di Jeonju Hanok Village. Sepengetahuanku, kawasan bangunan tradisional rumah Korea jaman dahulu seperti Jeonju Hanok Village tidak hanya terdapat di Jeonju tetapi juga ada di daerah lain namun aku lupa dimana saja. Sesampainya di Jeonju Hanok Village kami langsung disuguhi pemandangan indah pohon-pohon yang daun kuningnya mulai habis karena berguguran. 


            Dana kegiatan dari universitas masih lumayan sehingga kami menyewa hanbok selama satu jam. Kami menyewa hanbok yang seharga 10000 won. Lumayan lelah berkeliling dan menikmati pemandangan di deretan rumah-rumah tradisional Korea. Kami mengambil beberapa foto dan memilih lokasi yang bagus untuk berfoto. Tiket masuk pelajar atau mahasiswa seharga 1000 won atau 13.000 rupiah, disitu kami sudah bebas untuk masuk dan menghabiskan waktu berfoto ria di dalam Jeonju Hanok Village. Ternyata aku baru sadar bahwa lokasi Geksa, Hanok Village dan nambu sijang ternyata berdekatan, pertama aku pergi ke nambu sijang kemudian ke geksa bersama teman-teman Taiwan dan terakhir ke Hanok Village hari ini bersama buddy. Setelah puas berkeliling dii Jeonju Hanok Village akhirnya kami pergi ke Geksa untuk mencari tempat makan. Aku belum pernah makan di tempat ini sehingga aku hanya mengikuti kemana mereka pergi. Akhirnya kami makan di lantai paling atas suatu swalayan, disitu tiap anak membayar 19.900 won dan dapat makan sepuasnya ambil sendiri. Tentu saja jika membayar sendiri bisa dikatakan mahal, tetapi masih ada sisa uang buddy sehingga kami tidak keluar uang. Aku ingin makan sebanyak-banyaknya mumpung bisa makan sepuasnya, namun tetap saja porsi makannya ternyata lebih kecil dari teman-temanku. Tetapi lumayan banyak makanan yang aku coba hari ini dan ternyata ada es krim yang sangat aku cari-cari seharian ini. Alhamdulilah berkah sekali bisa bertemu dengan es krim. Setelah makan akhirnya kami berjalan ke tempat pemberhentian bus untuk pulang, namun akhirnya kami memilih naik taksi. 

            Pesan yang aku dapat hari ini adalah bahwa ketika impian itu sudah mulai kita bangun, maka secara otomatis kita akan berjalan kepadanya. Awal tahun 2015 aku masih sangat ingat sempat mencari informasi di internet soal Jeonju Hanok Village karena terinspirasi oleh salah satu blog yang pernah aku baca di internet. Memang dahulu tidak ada keinginan menggebu untuk ke Jeonju Hanok Village selain bisa lolos exchange, tetapi aku anggap sekarang ini Jeonju Hanok Village sebagai bonus. Semuanya belum berakhir, bahwa ini semua hanyalah sebuah awal dimana impian untuk melanjutkan master diluar negeri akan aku wujudkan. Hidup ini suatu kejaiban yang sungguh luar biasa, meskipun memang keajaiban itu adalah nama lain dari kerja keras. Terutama dalam hal ini kerja keras tim yang terdiri dari orangtua, tetangga, keluarga besar, dan teman-teman yang selalu setiap mensuport. Aku menyebut bahwa kami adalah suatu tim. Tidak ada manusia sempurna, membentuk tim untuk mewujudkan impian memang sangat sulit, tetapi bukankah keberhasilan itu didapat karena berhasil mengalahkan kesulitan. Tim adalah dimana kita saling bisa menerima kekurangan satu sama lain dan saling mensuport untuk melakukan hal besar dimasa depan. Aku tidak sempurna, begitu juga dengan mereka, tetapi dengan menjadi tim kami bisa saling berbagi satu sama lain apa yang tidak dimiliki.


Komentar

Postingan Populer