Apa yang kamu harapkan dari Indonesia?



            Ada banyak hal yang mengganggu pikiranku akhir-akhir ini, tentang masa depan, jodoh, kebahagiaan keluarga dan juga masa depan bangsaku. Aku mengakui bahwa aku bukanlah siapa-siapa saat ini. Tetapi entahlah aku tidak pernah bisa berhenti untuk tidak memikirkan bagaimana bangsaku kelak akan bertahan dengan keadaan seperti ini. Aku bukan pejabat, aku bukan anak bangsa yang memiliki prestasi genius macam Ricky Elson, macam Rio Haryanto yang saat ini sedang galau antara bertahan untuk dihargai di negeri sendiri atau keluar untuk memperjuangkan nasibnya. Entahlah yang pasti aku tidak berbicara soal mereka, karena aku juga tidak tahu pasti apa yang sebenarnya mereka alami. Aku hanya tahu bahwa mereka adalah anak-anak bangsa yang berharga tetapi dibuang di negeri sendiri. Masalah klise yang mungkin sudah lumrah terjadi di negeri ini dari zaman Habibie sampai ke Rio Haryanto. Memang benar bahwa aku bukanlah siapa-siapa selain hanya mahasiswa biasa yang impian luar biasa. Impianku, impian keluargaku, impian bangsaku, aku tidak bisa berhenti untuk hanya memikirkan impianku saja. Aku tahu aku tidak genius dan tidak punya kuasa apa-apa saat ini. Tetapi aku selalu berfikir bahwa jika semua orang di negeri ini berfikir bahwa persoalan negara hanyalah wilayah kerja pemerintah, maka butuh waktu jutaan Tahun untuk pemerintah bisa menyelesaikan semua persoalan yang ada di negeri ini. Aku selalu berfikir bahwa semua warga negara berhak dan wajib untuk ikut serta dalam usaha mempertahankan negara, mungkin itulah yang membuatku berani untuk memiliki lebih banyak waktu memikirkan negara ini.
            Konyol, mungkin semua orang akan menertawakanku dengan kegiatanku memikirkan negara. Iya, memang betul saat ini belum ada hal besar yang bisa kulakukan untuk negaraku. Terlalu banyak masalah yang ada di negeri ini, mulai dari ranah A sampai ranah Z. Terlalu kompleks dan terlalu rumit untuk diselesaikan dari satu sudut pandang. Semua tampak sangat buntu, seperti benang kusut yang sulit untuk ditemukan dimana ujungnya. Aku bisa mengatakan semua itu karena aku lahir dan besar di negeri ini, negeri dengan sejuta derita dan sejuta masalah. Disaat aku memikirkan masa depan bangsaku, disaat itu pula akhirnya aku akan menangis. Aku baru sadar terakhir kali aku menangis adalah saat aku bersitegang dengan ayahku sewaktu berdebat akan masuk SMA. Tapi waktu itu sakit yang kurasakan tidak seperti sakit saat aku memikirkan negeriku dan mendengar lagu kebangsaan mengalun dengan gagahnya, terutama saat-saat seperti ini ketika aku berada di negara lain. Semakin aku mengenal dunia luar semakin aku sadar bahwa aku tidak bisa untuk tidak memikirkan negeriku barang sedetik saja. Aku tahu semua masalah dan penyebab mengapa negeriku seperti ini, tetapi kebenaran dalam hal ini hanyalah sebatas pemikiranku yang belum pernah diuji oleh orang lain. Tetapi aku yakin akan ada suatu masa dimana aku akan bertemu dengan orang-orang yang menyetujui pemikiranku dan bersama-sama mewujudkan ide-ide itu untuk membangun negeri ini menjadi lebih baik.
            Aku ingin berkata jujur bahwa aku sangat ketakutan. Ketakutan terbesar yang aku rasakan adalah kesendirian. Ayahku pernah berkata bahwa aku bukanlah apa-apa, masih banyak jutaan orang yang lebih dan lebih daripada aku. Tetapi mereka akhirnya kalah dan pergi begitu saja meninggalkan Indonesia dengan segala pertempuran yang ada. Mereka tidak berhasil untuk melawan arus yang begitu kuat mengakar dan tertancap begitu dalam di negeri ini. Sehebat apapun orang itu, dia tidak bisa melakukan perubahan itu sendiri apalagi kamu na. Itu adalah kata-kata yang selalu diselipkan ketika ayahku memberikan wejangan ketika kami berdiskusi. Masalah di negeri ini sudah begitu rumit, semua kebobrokan bahkan sudah dianggap hal biasa. Hanya ada satu pilihan, bahwa kamu kuat bertahan dengan melawan lingkungan kemudian akan dikucilkan. Ataukah kamu akan berhasil memiliki massa dan bersama mereka kamu akan membangun kehidupan baru, tatanan baru, dan membawa perubahan bagi bangsamu walaupun itu hanya sedikit. Tidak ada seorangpun di dunia ini yang bisa bekerja sendirian, bahwa Nabi Muhammad yang hebat saja butuh prajurit untuk memenangkan perang melawan kaum kafir. Iya aku takut bahwa suatu saat nanti aku akan kalah melawan bangsaku dan lari keluar negeri. Benar apa kata Soekarno, perjuanganku memang lebih sulit dari perjuangannya karena aku akan melawan bangsaku sendiri. Seperti banyak pejabat yang sewaktu menjadi mahasiswa lantang teriak untuk melawan korupsi tetapi ketika menjadi pejabat lantang untuk merevisi undang-undang KPK. Semua idealisme mahasiswa hanyalah bumbu yang akan menyedapkan masa-masa ketika kita menjadi mahasiswa. Mereka adalah orang-orang hebat yang akhirnya kalah dan menyerah untuk melawan bangsanya sendiri. Jikalau tidak menyerah maka akan pergi meninggalkan negeri ini dengan sejuta masalah dan mencari negeri yang bisa diharapkan.
            Aku juga manusia biasa yang memiliki identitas lebih dari satu. Aku sebagai bagian dari keluargaku, aku sebagai bagian dari duniaku, dan aku sebagai bagian dari masyarakat bangsa Indonesia. Aku ingin memperjuangkan bangsaku sekuat yang aku mampu, memberikan segala yang aku punya untuk membantu negeri ini keluar dari belenggu penjajahan oleh bangsanya sendiri. Tetapi aku juga tidak bisa memungkiri bahwa aku memiliki tanggungjawab untuk keluargaku. Aku juga memiliki impian yang aku bangun bersama mereka. Aku manusia biasa yang sama seperti lainnya menginginkan untuk memberikan yang terbaik dan kebahagiaan yang tidak putus untuk keluarga yang sangat aku cintai. Aku juga punya impian suatu saat nanti bisa pergi keluar dari Indonesia untuk mengejar cita-cita memiliki pekerjaan di luar Indonesia meskipun masih termasuk bagian dari Indonesia yaitu bekerja di salah satu KBRI diluar negeri. Atau mungkin nantinya aku ingin menjadi peneliti di bawah badan PBB aku juga masih mempertimbangkan semua impian itu. Aku juga tidak memungkiri aku memiliki impian untuk tinggal di Amerika atau negara berbahasa Inggris meskipun tidak untuk selamanya. Aku ingin membawa keluargaku mengelilingi dunia meskipun tidak akan cukup seumur hidup untuk melakukannya. Banyak sekali impian yang ingin aku bangun diluar Indonesia, banyak sekali kenyamanan tinggal di negara maju yang mungkin akan aku rindukan dimasa depan. Aku ingin membawa keluargaku berangkat ke Mekkah untuk menunaikan ibadah haji dan umroh. Iya aku manusia biasa yang penuh dengan impian yang berhubungan dengan dunia luar. Tetapi disatu sisi aku juga bagian dari negeri ini, memiliki kewajiban untuk memperjuangkan bangsaku dimasa depan. Aku berkewajiban bahwa generasi Indonesia dimasa depan akan mengalami kehidupan yang lebih baik.
            Akan tetapi kehidupan dimasa depan adalah sebuah misteri yang kita sendiri tidak akan pernah tahu. Memang sulit, tetapi seorang pemimpin tidak akan menghabiskan waktu untuk memikirkan hal-hal yang belum tentu terjadi. Hal yang perlu dilakukan adalah mengerjakan pekerjaan hari ini dengan baik dan maksimal sisanya serahkan pada Tuhan. Bukankan jika kita mengakui keberadaanNya maka kita harus percaya padaNya?. Aku selalu percaya bahwa Tuhan adalah sebaik-baik sutradara dalam hidup, apapun yang terjadi pada diriku hari ini dan esok adalah takdir yang sudah aku ciptakan dengan seizinnya. Semua kesulitan dan perjuangan hidup yang aku alami sampai saat ini adalah takdir yang sudah tercipta. Jika Tuhan memang menghendaki aku nantinya tetap di tanah air untuk bahu membahu membangun negeri ini maka pastilah aku akan tetap bertahan. Tuhan sudah membimbing aku sejauh ini, ada banyak alasan yang membuat aku bisa sejauh ini. Jikalau nanti Tuhan tidak membuatku berjuang di tanah air maka biarkan aku melakukan perjuangan itu meskipun aku tidak berpijak di tanah air. Banyak sekali harapan yang aku ingin dapat bersama Indonesia. Aku ingin sekali melihat bangsaku berubah, setidaknya aku bersyukur bisa melihat negara lain secara langsung di usiaku yang masih 21 tahun. Bagimana perbedaan hidup di negara maju selama satu semester dan hidup di negaraku tercinta Indonesia. Jujur aku sangat senang tinggal di Korea Selatan, aku tidak memungkiri bahwa hidup di negara maju aku akan mendapatkan banyak sekali akses yang lebih mudah dibandingkan dengan hidup di tanah air. Semua sistem sudah terstruktur dengan baik, sangat berbeda dengan tanah air yang birokrasinya berbelit-belit dan korup. Tingkah konyol pejabat yang tidak patut dilakukan oleh seorang pejabat public yang hidup diatas uang rakyat. Tetapi dari semua itu, tetap saja aku tidak bisa menjadi bagian seutuhnya dari negara maju. Aku dan kamu, kita masyarakat Indonesia tetaplah bagian dari Indonesia dimanapun kita berada. Indonesia yang telah memberikanku kehidupan selama 21 tahun ini. Pembelajaran berharga yang akan membuatku menjadi manusia seutuhnya.
            Hal pertama yang harus kita lakukan untuk Indonesia adalah melakukan perubahan mulai dari diri sendiri. Aku tidak mengatakan bahwa aku berbeda dan lebih baik dari orang lain, tetapi aku selalu menghargai perubahan yang aku usahakan setiap harinya. Banyak sekali budaya buruk yang kita pertahankan tanpa sadar, jika itu kita lakukan terus menerus maka mustahil keinginan kita untuk melihat Indonesia maju akan terwujud. Selama ini kita hanya saling teriak sana dan teriak sini tanpa ada solusi. Kita selalu berteriak benci pemerintah yang korup dan bobrok tetapi kita sama saja ketika kita memberikan kesempatan kepada mereka untuk melakukan itu. Memang sangat memusingkan dan membingungkan mau mengawali perubahan darimana, terlalu banyak hal yang salah dan sudah membudaya sekian lama. Salah satu contoh perubahan yang bisa kita lakukan adalah berhenti untuk menggunakan calo dalam transaksi apapun, salah satunya ketika berurusan dengan institusi Kep**isian. Alhamdulilah aku dan keluargaku mulai mengurangi jasa calo stnk dan mengurus perpanjangan STNK sendirian. Awalnya 3 motor di rumah kami menggunakan jasa calo stnk untuk perpanjangan, kemudian setelah aku memberi pengertian kepada orangtuaku dan memberikan aksi nyata untuk mau berpayah-payah mengantri di Sam*at sedari pagi dan mengikuti semua prosesnya, sekarang keluargaku selalu berusaha mengurus semua sendiri. Orangtuaku bukanlah lulusan perguruan tinggi, mereka hanyalah lulusan SMA. Aku bersyukur walaupun kedua orangtuaku bukan lulusan perguruan tinggi, tetapi hati dan pikiran mereka sangat open, tidak kolot, dan bisa beradaptasi dengan cepat. Mereka mungkin tidak pernah mencicipi bangku kuliah, tetapi mereka adalah orang cerdas yang mampu dengan beradaptasi dengan hal baru dan membuka diri terhadap  diskusi. Bahkan ibuku sering terkena marah ketika aku dan ibuku keluar masuk kantor kelurahan. Awalnya ibuku memberi uang tips yang dikatakan sebagai uang terimakasih telah mendapatkan satu lembar surat untuk urusan administrasi tertentu. Memang tidak banyak tetapi itu merupakan praktik yang menyimpang, pertama kali aku diam saja karena belum begitu memahami soal dunia luar. Kemudian aku banyak belajar dan aku tahu itu salah, dan aku melarang ibuku untuk memberi uang walaupun aku yakin ibuku memberinya dengan keikhlasan. Akhirnya kami tidak lagi memberi dan pernah suatu kali ibuku berbasa-basi mereka menolak, ketika saat ini sudah didengungkan reformasi birokrasi.
            Sesungguhnya ada banyak hal kecil yang bisa kita mulai untuk melakukan perubahan, tidak semua bisa aku contohkan disini. Tetapi bisa juga kita mulai dari segi yang lain, misalkan dengan tidak membuang sampah sembarangan. Mungkin jika di negara maju cukuplah dengan tidak membuang sampah sembarangan, karena semua orang berfikir tidak untuk membuang sampai sembarangan maka tidak aka nada sampah. Tetapi sangat berbeda dengan budaya di tanah air, saat kita berfikir tidak membuang sampah sembarangan itu belumlah cukup. Harus ada keberanian untuk membersihkan sampah yang mungkin ditimbulkan bukan oleh kita, karena belum semua orang berfikiran untuk membuang sampah pada tempatnya. Aku juga sudah berusaha meskipun jujur belum continue. Untuk membuang sampah pada tempatnya bagiku itu sudah mudah, tetapi untuk membuang sampah orang lain ketika melihatnya masih tergantung mood yang aku rasakan. Terkadang aku sudah melakukan itu membuang sampah orang lain ketika melihat sampah di kelas dan ketika aku berjalan di lorong asrama, di taman tetapi terkadang aku juga masih enggan dan malas melakukannya ketika sampah itu terlalu banyak. Tetapi aku tetap memberi penghargaan dengan tersenyum pada diriku sendiri, bukankan hidup ini berproses. Tidak akan bisa aku melakukan semuanya dengan tiba-tiba, ketika aku melakukan perubahan kearah yang baik itu sudah bagus. Aku selalu yakin suatu halyang besar dimulai dari hal kecil dan percaya bahwa nantinya aku bisa terus berproses kearah yang lebih baik. Contoh lain adalah ketika pada awalnya tiba di asrama CBNU aku sering menggunakan lift yang diperuntukkan untuk teman atau orang lain yang mungkin tidak sempurna secara fisik. Aku melakukan itu karena banyak teman yang juga melakukannya, tetapi kemudian aku berusaha berubah dengan mengurangi secara sadar intensitas kemalasan dan menggunakan lift yang tidak seharusnya kita gunakan. Mungkin belum 100 persen aku tidak menggunakan lift tersebut, tetapi aku menghargai proses dan terus berusaha untuk mengurangi intensitas menggunakan lift jika memang sedang terburu-buru. Sekarang aku lebih banyak berjalan melalui tangga yang diperuntukkan untuk mahasiswa yang memang bisa berjalan dengan baik, meskipun memang ada kalanya aku masih menggunakan lift tersebut ketika cuaca hujan dan dingin yang menusuk.
            Ada banyak hal yang aku harapkan dari Indonesia, tetapi ternyata masih banyak hal yang Indonesia harapkan untuk aku berubah terlebih dahulu. Disini aku benar-benar belajar banyak hal tentang etos kerja yang mungkin belum dimiliki oleh anak muda di tanah air. Tetapi tidak masalah satu contoh lebih baik daripada seribu nasihat. Meskipun nantinya ketika aku mati diusia 60-70-80 atau mungkin lebih aku belum bisa melihat Indonesia menjadi negara maju, aku akan tetap bersyukur dan bangga pada diriku. Untuk itulah aku akan terus berubah sedikit demi sedikit, berusaha untuk konsisten dan membangun hari esok lebih baik dari hari ini. Sekecil apapun perubahan yang aku dan kamu lakukan, wajib untuk kita memberi penghargaan. Aku selalu tersenyum pada diriku sendiri ketika aku melakukan perubahan baik sekecil apapun, dengan cara itu aku percaya aku akan bahagia dan akan selalu ingin untuk melakukannya lagi. Ayahku adalah orang yang selalu memintaku untuk bersikap realistis dan jangan terlalu terbawa idealisme. Aku tahu apa yang aku lakukan, dan aku bukanlah orang yang kaku aku yakin diantara idealisme dan realita ada begitu banyak jalan untuk keduanya bisa bertemu. Beliau adalah orang pertama yang selalu ketakutan bahwa mungkin dimasa depan aku akan terpojok di negeriku sendiri karena idealisme, tetapi aku percaya bahwa aku mampu untuk hidup berdamai dengan realita dan idealisme seperti yang selalu aku lakukan sampai detik ini. Jika aku adalah malaikat yang diberikan banyak sayap dan kekuatan, maka hal pertama yang aku inginkan adalah aku ingin menjalani banyak profesi. Sebagai dosen, sebagai peneliti, sebagai staf KBRI luar negeri, sebagai orang yang konsen terhadap masalah kaum pinggiran, politisi dan seorang birokrat. Salah satu hal yang membuatku sangat tertarik adalah kaum pinggiran yang masih sulit untuk menyekolahkan anak-anaknya sampai ke jenjang perguruan tinggi.

Komentar

Postingan Populer