Part 5
Aku
dan Sepenggal Hati yang Tertinggal di Jeonju
Jika
jatuh cinta itu semudah membalikkan wajah ke arah senja, maka aku akan kembali
jatuh cinta seperti kala itu. Jika melupakanmu adalah kepastian dalam hidup,
maka tak akan ada kisah dimana angin membawa separuh jiwaku kembali ke Jeonju. Aku bertanya pada langit yang
begitu tegar menahan keangkuhan cakrawala, bisakah aku melangkah pergi untuk
menyambut pagi?. Tetapi mengapa bau wajah danau Deokjin Gongwon masih belum bisa berhembus pergi dari benakku, apa
kabar kamu disana Han Gyu Won?. Jika bertemu denganmu adalah nasib baik, maka
menghabiskan waktu bersamamu di sepanjang perjalanan winterku disana adalah
takdir terbaik yang bisa aku raih.
Jika
kita menyadari bahwa kebahagiaan adalah kenangan yang akan memudar oleh waktu,
maka akan kuberikan senyum terbaik setiap aku mengunjungi Kimbab Jeonbuk. Aku
akan selalu membawakan banana uyu
yang kau sukai setiap kali melihatmu dikala Alba[1].
Hari itu ketika kamu untuk pertama kalinya mengajakku pergi ke Muju Resort ski
bersama, aku masih ingat betapa harum aroma turunan salju abadi yang tercium
setiap kali angina berhembus semerbak. Disitulah pertama kalinya kamu memberiku
nama Korea yang menggabungkan nama asliku dan marga Korea yang entah darimana
kamu mendapatkan nama Kim Hana. Akulah Hanandita Ayurani, mahasiswa pascasarjana farmasi di Chonbuk National University yang tinggal selama setahun di Jeonju dan
menghabiskan 213 hari bersamamu.
Aku
pernah berfikir, bahwa jarak Bantul dan Seoul akan sedekat ketika pertama kali
kamu memandangku dengan rasa penasaran dengan jilbab yang aku kenakan. Selepas
bagaimana semesta menunjukkan betapa indahnya sebuah perbedaan, kini aku telah
kembali pulang. Bantul dan Seoul tidak selamanya sedekat lima langkah di
depanku, ada berjarak ratusan juta hal yang tak bisa kupahami dalam alunan
iringan cahaya mentari pagi. Tahun depan jika bulan ini kamu tidak membalas
email yang aku kirimkan, maka biarlah takdir akan membawaku kembali ke Seoul
tahun depan untuk bercengkerama dengan Bunga Sakura sepanjang Nejang San[2].
Department Post Graduate Farmasi menungguku untuk kembali, dan aku masih selalu
penasaran apakah playing bean coffe shop
favorit kita masih sama seperti saat terakhir aku kembali ke tanah airku.
Jika
jatuh cinta itu mudah, maka biarkan aku kembali untuk memastikan bahwa aku
sudah berubah. Sudah kupilih jalan untuk kembali ke Indonesia tanpamu, tanpa
rasa penasaranmu yang masih abu-abu soal mengapa aku harus bersujud untuk gidohe[3].
Aku akan menyelesaikan nama menjadi Hanandita Ayurani, S.Farm akhir tahun ini,
sebagai seorang sarjana farmasi dari pelosok Bantul yang mencoba menambatkan
hatinya di Seoul. Mungkin benar, bahwa separuh hatiku masih tertinggal di
Jeonju. Ataukah mungkin memang aku sengaja meninggalkan hatiku disana agar aku
kembali meraihnya?. Sore ini di bulaksumur bersama kawanku, aku akan memastikan
bahwa kehadiranku untuk Korea Higher Education Fair adalah untukmu. Kamu Han
Gyu Won yang pernah 213 hari menjadi takdir terbaik yang pernah aku miliki.
Hanandita Ayurani (Kim Hana)
Sebuah sisi dari Bantul to Seoul with
Love
Komentar
Posting Komentar