Pemikiran Ananti Tentang Difabel


Dunia damai dengan difabel
1. UUD yang ada itu sendiri sudah membentuk mindset salah. Dikatakan bahwa difabel berkedudukan yang sama di depan hukum seperti warga negara lainnya dan bla bla bla. Menurutku tentunya salah karena mereka membutuhkan kedudukan yang lebih diperhatikan daripada manusia lengkap. Mereka tidak bisa disejajarkan dan disuruh berjuang di hadapan hukum dengan kedudukan yang sama. Tidak adanya hukum yang khusus bagi mereka memunculkan kasus dimana difabel bisu tuli yang diperkosa melaporkan ke hukum namun di pengadilan malah dipersalahkan karena mereka tidak berteriak???itu yang disebut kedudukan yang sama di depan hukum??
2. Banyak yang SLB malah membuat difabel merasa tereliminasi, terasing dan berbeda dengan masyarakat. Itu menurut saya adalah sebuah argumen dan pelarian orang normal dalam membenarkan pandangan mereka yang bias tidak ilmiah dan tidak didasarkan pada realita jadi mungkin hanya digeneralisir. Sedikit banyak saya pernah bersinggungan dengan kaum difabel dengan adanya program pengabdian di SLB. Dari apa yang saya rasakan mereka sama sekali tidak memiliki rasa rendah diri dan terasing seperti pandangan orang normal. Mereka dengan ceria langsung bisa bergabung dengan saya dan rekan rekan saya yang notabene orang normal. Jadi sebenarnya darimana ketakutan bahwa mereka akan terasing?
3. Jika mereka masuk sekolah normal bagaimana mereka bisa berinteraksi dengan orang orang normal?bagaimana gurunya?bukankah harus ada keterampilan untuk mendidik mereka?menurut saya itu bulshit. Nyatanya saya bisa berinteraksi dengan mereka di SLB S****. Guru2 mayoritas bukanlah sarjana tapi lulusan sekolah menengah atas, yang dibutuhkan hanyalah kemauan untuk memahami mereka. Disinilah saya melihat bahwa kita egois, kita makhluk yang mengaku lengkap mengaku mayoritas tapi apa buktinya?mindset kita menyuruh mereka yang berkekurangan dibanding kita untuk menyesuaikan dengan kita yang lengkap memaksa mereka memahami bahasa kita. Lantas?apakah itu bukan suatu egois?bukankah lebih baik yang mayoritas menyesuaikan yang minoritas?yang lengkap menyesuaikan dan mencoba memahami yang berkekurangan?apakah pernah terpikir belajar bahasa mereka untuk memahami mereka?tidak kan?karena kita berpikir bahwa mereka yang harus menyesuaikan dengan kita manusia yang mengaku lengkap. Sampah kah kita?

Hmmm dasar kita memang manusia egois. #merenungkan kehidupan

Komentar

Postingan Populer