Negeriku sedang tidak baik-baik saja?

          Aku menulis tulisan ini bukan karena aku tidak paham sedikitpun tentang kondisi yang sebenarnya terjadi di negeri ini. Walaupun aku bukan mahasiswa terpandai yang hits tersohor sering keluar masuk luar negeri dengan mudahnya, aku memiliki akses internet yang cukup memadai untuk mengikuti perkembangan yang terjadi di negeri ini. Aku paham dan aku mengerti, meskipun aku sadar pemahamanku belum seberapa. Aku yakin yang terpenting adalah aku mau belajar dan memahami apa yang sebenarnya terjadi di negeriku tercinta ini. Aku mencintai negeriku lebih dari apapun, dari negeriku tercinta ini aku dilahirkan dan dibesarkan. Aku tidak pernah sedikitpun membenci tanah airku yang sangat aku cintai, tetapi tidak dapat dipungkiri aku semakin membenci para penghuninya termasuk membenci diriku sendiri. Aku tahu perjalanan bangsaku tidak pernah mudah, selamat dari suatu keburukan era ternyata masuk ke keburukan era yang lain. Jika kalian pembaca menilai aku omong doang, Iya aku memang omong doang. Semua hal yang aku lakukan memang belum berdampak apapun bagi negeriku ini, tapi bukan berarti aku tidak melakukan sesuatu dan hanya menggerutu lewat tulisan. Aku tahu kontribusiku bagi negeriku ini masih sangat kecil dibandingkan dengan jasa para tokoh yang sudah membuat negeriku goncang bahkan hanya dengan statement ngawurnya. Tetapi aku juga harus menyayangi diriku sendiri, memberi harga pada usahaku untuk berkontribusi pada negeriku meskipun masih sedikit.
            Aku bukan mahasiswa yang radikalis kiri ataupun radikalis ke kanan. Aku juga bukan mahasiswa idealis yang saat menjadi mahasiswa lantang demo, tetapi ketika jadi pejabat sama saja melakukan apa yang dulu dia tentang dengan keras. Aku ini hanyalah mahasiswa biasa yang tahu kapan harus realistis dan kapan harus menjadi idealis, walaupun kadang masih juga mendapatkan kritik dan bimbingan. Pada intinya adalah aku bukanlah apa-apa dan bukan hendak menjadi siapa-siapa selain diriku sendiri. Tetapi jauh diatas keinginan dan ambisis ingin mencapai puncak kesuksesan yang diinginkan semua orang normal, aku ingin melihat kehidupan bangsaku menjadi lebih bermoral, tentram, dan semua orang bisa hidup dengan aman dan nyaman. Aku tahu, semaju apapun sebuah negara pasti ada juga kegagalan yang menyertainya. Negara maju di Er*pa pun masih terdapat praktik-praktik prostitusi dan semua hal yang buruk, negara Am*rika S*rikat pun juga ada praktik perdagangan manusia yang salah satu korbannya merupakan WNI. Di H*ngkong juga masih ada praktik korupsi. Dimanapun dan kapanpun keburukan pasti akan selalu menjadi teman dari kebaikan, begitu juga ada putih karena adanya hitam. Tetapi yang menjadi persoalan adalah apakah kita akan membiarkan hidup kita dikontrol oleh keburukan, tidak bisakah kita melakukan sesuatu untuk mengontrol hal buruk agar tidak membesar dengan tak terkendali.
            Jika negara lain bisa mengontrol keburukan seperti korupsi, prostitusi, dan semua masalah social berada dalam angkan minimal, mengapa kita bahkan tidak bisa mengontrol masalah social yang semakin menjadi besar?. Aku tahu negeriku tercinta ini besar dan luas, aku tahu bahwa mengaturnya tidak semudah mengatur K*rea Selatan yang wilayahnya lebih sempit dan masyarakatnya cenderung lebih homogen. Tetapi point yang ingin aku katakan adalah, sejauh mana kesadaran kita bahwa negeri kita sedang tidak baik-baik saja?. Bukan tuntutan untuk langsung menjadi negara maju, tetapi hanya sebarapa jauh kita sadar dan mau berbenah bahwa negeri ini sedang tidak baik-baik saja?. Jika kita semua menyadari saja tidak mau dan cenderung apatis, bagaimana kita mau untuk berubah dari diri kita masing-masing?. Berita permasalahan social semakin hari semakin mengerikan, pembunuhan En* Parih*h, Pemerkosaan Yy, Fr*dy Bud*man, dagelan para petinggi yang memperebutkan kursi De*Ka*I 1. Iya aku tidak memungkiri pasti terkadang ada juga berita bagus yang menjadi secercah harapan bagi bangsa ini, misalkan ditanda-tanganinya Perppu no 1 tahun 2016 yang menjadi revisi undang-undang perlindungan anak no 23 tahun 2002. Perppu tersebut memuat ancaman hukuman kebiri bagi pelaku p3rkosaan. Tetapi tetap saja akhirnya rasa tidak aman mulai menyertai dan membayangi kehidupanku. Lalu jika rasa aman saja sudah hilang, apa bedanya kehidupan di negeri ini dengan perang?, kita memang sedang berperang dengan keburukan yang semakin merajalela namun sayangnya tidak semua orang mau peduli dan ikut berusaha berperang.
            Aku membaca “Northern Lights” buku karya Andrew Scott yang mengulas bagaimana bentuk kebijakan di negara-negara Scandinavia yang menjadi contoh oleh negara-negara lain. Buku tersebut menjelaskan berbagai keterkaitan bentuk kebijakan pemerintah negara-negara Nordic yang saling berhubungan satu-sama lain. Kebijakan itu saling terikat karena persoalan yang ingin dikontrol juga terikat satu sama lain. Mereka sangat mengontrol ketat dalam hal mendidik, membesarkan, memberikan fasilitas layanan untuk anak, Ombudsman anak. Tujuan mereka adalah menyiapkan generasi muda yang berperilaku baik untuk keberlanjutan hidup negara tersebut. Mereka menyiapkan generasi penerus dengan sebaik-baiknya usaha, demi kebijakan itu diciptakanlah kebijakan lain yang menjadi solusi pelaksanaannya. Kebijakan pelatihan menjadi orang tua bagi ayah, agar calon ayah juga merasakan persamaan merawat anak. Kebijakan jam kerja yang bertujuan agar orang-tua memilik waktu yang cukup untuk berinteraksi dengan anak-anak mereka. Kebijakan ketat seleksi penerimaan profesi guru yang membutuhkan skill keahlian mendidik tinggi, dan juga kemampuan akademik yang bagus. Semua itu mereka persiapkan untuk membentuk manusia masa depan yang berkelakukan baik. Point yang ingin aku tekankan adalah kapan kita bisa memasang target untuk siap menjadi negara maju jika menyadari hal yang terjadi di sekitar saja tidak?. Aku semakin merasa bahwa tugas kita masih jauh untuk memajukan bangsa, tetapi masih berkutat pada menyadarkan bahwa kita tidak sedang baik-baik saja.
            Tulisan ini bukanlah sebuah pesimistis yang dilontarkan dalam bentuk tulisan, sama sekali bukan. Bahkan ketika kemungkinan negaraku akan menjadi negara maju di tahun 5000-6000-7000 sekalipun aku tetap optimis. Tidak ada dariku yang begitu pesimis memandang masa depan negeriku. Aku juga tidak pernah mengkerdilkan peran dari orang-orang hebat yang sebegitu menyakitkan peran mereka dipandang di negeri ini, mereka masih bertahan. Aku tidak menuntut siapapun atas apa yang terjadi akhir-akhir ini di negeriku, bagiku sebuah realita bahwa memang negeriku sedang ditimpa ujian yang teramat berat, percayalah semua masalah ini bukan hanya kaum jelata sepertiku yang terkena dampak. Salah satu dosen di perguruan tinggi ternama di Yo*yaka*ta terindikasi menjadi tersangka pelecehan seksual terhadap mahasiswinya sendiri. Dosen tersebut lulusan S3 alias sudah bergelar doctor dan menurut beberapa mahasiswanya memang dosen tersebut disegani karena baik dan dekat dengan mahasiswanya. Jadi jika ada yang dengan kekayaan dan hidup apatis nyaman, apakah kalian tidak merasa janggal dengan fenomena terakhir?. Iya, beliau adalah orang terdidik dan pandai, dan aku pikir juga beliau pastinya lulusan luar negeri. Point yang ingin aku katakana adalah, ketidak baik-baik sajanya negeri kita tidak hanya berdampak pada salah satu elemen saja. Jika system yang seperti ini masih tidak disadari bahwa ini tidak baik-baik saja,
            Aku menulis tulisan ini walaupun memang aku sangat tahu, tulisan ini tidak akan berdampak apapun. Tetapi bukan berarti aku tidak bisa untuk mendapatkan ruang mengekspresikan ketakutan hatiku atas semua yang terjadi belakangan ini. Aku ketakutan sungguh ketakutan, aku memiliki seorang adik laki-laki yang masih duduk di bangku SMP, dan aku tahu membesarkan anak di jaman sekarang tidaklah mudah. Aku takut bagaimana aku harus mengkondisikan adikku ketika bersentuhan dengan internet dan alat-alat elektronik lainnya. Tidak dapat dipungkiri bahwa salah satu factor dari sekian banyak factor yang membuat negeri ini tergoncang akhir-akhir ini adalah soal pemerkosaan yang melibatkan anak dibawah umur. Aku percaya dan selalu memantau serta memastikan bahwa adikku ke warnet memang untuk main game. Tetapi tetap saja aku belum menemukan metode yang tepat untuk membujuknya mengurangi hobinya main game yang tentu jika berlebihan tidak bagus untuk kesehatan mentalnya dan keuangan keluargaku. Suatu ketika adikku bercerita bahwa ada anak yang dia kenal di warnet mencoba melihat video yang tidak semestinya, meskipun adikku sendiri tidak tahu apakah anak tersebut berhasil mengaksesnya atau tidak. Tetapi dari riwayatnya dia memang mencoba untuk membukanya. Adikku bahkan bercerita dia pernah bertransaksi menjaul game dan mendapatkan uang 50 ribu. Untuk ukuran hidup di pedesaan uang 50 ribu sedikit bernilai dibanding di perkotaan, dan tentusaja karena dengan mudahnya anak usia sd bertransaksi dengan uang 50 ribu. Apakah anak di desa dengan mudah bisa mendapatkan uang 50 ribu.
            Aku sungguh ketakutan, meskipun aku juga percaya bahwa keluarga banteng kuat untuk adikku yang masih belum bisa membedakan mana yang berbahya dan mana yang bukan. Aku tahu betapa orang tua dari generasi x yang tidak memiliki pengetahuan mumpuni tidak bisa mengontrol anak-anak mereka generasi y yang sekarang permainannya adalah internet. Terkadang aku hanya bisa membayangkan betapa bagusnya jika situs Y*uT*be dan F*(eb*ok diblokir saja oleh pemerintah seperti di Ch*na, walaupun memang aku juga tidak tahu atau belum menemukan apakah itu efektif atau tidak.  Tetapi setidaknya segala kemungkinan itu dicoba untuk bisa mengantisipasi penyalahgunaan yang terjadi marak di negeri ini. Tidak ada pengaturan regulasi yang ketat untuk mencegah anak usia belum dewasa mengakses hal-hal yang sesungguhnya belum boleh diakses olehnya. Aku tahu betapa susahnya menghindarkan anak dari pergaulan, apalagi jika pergaulan di lingkungannya sudah tidak sehat. Aku berfikir sangat keras untuk selalu menemukan cara bagaimana membantu mendidik adikku dengan menjadi jembatan orangtua generasi x dan adikku generasi y. Aku selalu mewanti-wanti adikku jangan mendekati teman-teman yang tidak baik, dan aku berfikir negeri ini memang darurat kebijakan publik yang mengatur tentang kehidupan anak. Pointnya adalah menyadari bahwa bahaya yang mengancam pertumbuhan anak-anak generasi y di negeri ini merupakan suatu keharusan, dan aku selalu ketakutan untuk menghadapi esok yang semakin tidak terkendali. Iya, kehidupan di lingkungan kita sedang tidak baik-baik saja, dan kita dituntut untuk selalu berperang dengan kegelapan yang kita tidak bisa tahu seberapa kuatnya besok dia akan menemui kita.
            Aku realistis walaupun aku juga tidak boleh kehilangan idealis. Sebuah harapan yang menginginkan suatu saat semua elemen di negeri ini bersatu untuk membuat perubahan. Tentusaja seperti yang aku katakan tulisan ini tidak akan mengurangi ataupun mempengaruhi tindakan yang akan aku lakukan untuk berkontribusi terhadap perubahan. Tulisan ini boleh saja dianggap sebuah curhatan dari seorang perempuan yang mulai menjadi seperti tidak mandiri karena mulai ketakutan kemana-mana pergi sendirian. Curhatan dari seorang warga yang mulai merasa insecure bahkan di lingkungan sendiri. Sebuah renungan betapa prihatinnya terhadap kondisi yang terjadi di negeri ini. Sebuah goresan dari seorang kakak yang sangat mengkhawatirkan adik laki-laki satu-satunya, berperang setiap saat dengan kegelapan yang menyelimuti negeri ini. Sebuah goresan rasa terluka yang mendalam dari anak manusia yang terombang-ambing dengan realitas kehidupan dan idealisme. Ketika tak lagi kulihat banyak orang yang berjamaah merangkul tangan Tuhan. Anggaplah tulisan ini adalah refleksi, agar seorang anak manusia sepertiku tidak cepat menjadi gila berada di negeri ini, negeri yang sesungguhnya rumahku sendiri yang kemudian aku mulai merasa tidak aman di dalamnya. Aku hanya tahu bahwa kehidupan itu berputar, ada kalanya aku bersemangat dan pasti ada kalanya aku kehilangan semangat dan kepercayaan diri yang sudah kubangun bertahun-tahun di negeriku tercinta ini. Tetapi satu hal yang aku harus ingat saat, berfikir positif di negeri ini harus wajib disertai kewaspadaan tingkat tinggi, dan apapun yang terjadi aku tidak boleh berhenti. Aku tidak boleh kalah dengan semua ketakutan yang ada walaupun ketakutan itu benar adanya, jika aku berhenti maka aku akan kalah.
            Jika memang benar apa yang dikatakan orang bahwa negeriku adalah surga bagi kegelapan, maka aku akan menjadi bagian dari orang yang menyalakan perubahan. Hal yang terpenting adalah kita menyadari bahwa negeri kita sedang tidak baik-baik saja, berubahlah untuk apa yang selalu kamu keluhkan pada negaramu. Bagaimana kamu bisa memaki negara jika kamu sendiri adalah masalah untuk negara?. Jangan takut Ananti Primadi, You are not alone.
*Sebuah curhatan untuk diri sendiri

  Sanden 5 Juni 2016

Komentar

Postingan Populer