Anugrah Terbaik Ulang Tahun ke 22 dari Tuhan
Hidup itu seperti sebuah keajaiban yang diciptakan Tuhan untuk kita. Ada banyak anugerah yang diberikan, baik untuk yang bekerja keras maupun memang sudah dipilih Tuhan untuk mendapatkan anugerah dengan cara yang mudah. Aku tahu takdirku dan aku tahu apa yang akan aku lakukan dimasa depan. Sebelumnya aku tidak akan berhenti untuk bersyukur pada Tuhan, aku ingin menceritakan kepada seluruh dunia bahwa Tuhan Allah itu nyata adanya. Aku ingin menceritakan pengalaman tahun 2015 yang sangat luar biasa bagiku, ulang tahun ke 22 di penghujung akhir tahun 2015 yang sangat luar biasa. Tuhan memberikan begitu banyak kejutan luarbiasa yang tiada habisnya di tahun 2015. Aku semakin percaya bahwa menciptakan takdir bukan hanya beban Tuhan, tapi kita juga diberi kesempatan untuk menunjukkan pada Tuhan takdir macam apakah yang layak diberikan Tuhan kepada kita. Tidak ada yang bisa disombongkan dari seorang yang kecil dan belum apa-apa seperti Ananti, tapi ada begitu banyak kebesaran Tuhan yang tidak bisa kusembunyikan sendiri tanpa berbagi kepada orang lain. Aku bukan mahasiswa cemerlang yang ajib dengan segudang prestasi lomba disana dan disini. Nilai akademikku juga belum menembus IPK 3,75 seperti target minimal yang aku canangkan sewaktu menjadi mahasiswa baru. Tetapi aku merasa sangat beruntung Tuhan mengajariku banyak hal dan memberikan lebih daripada yang aku minta untuk hari ini. Aku tahu aku selalu bekerja keras, tetapi bahkan Tuhan memberiku hasil yang jauh lebih keras daripada yang aku bisa bayangkan.

Benar-benar kehidupan ini ajaib, dan aku tahu bahwa bekerja dengan cara tim lebih banyak berhasil dibandingkan bekerja sendirian. Aku banyak belajar bagaimana membuat tim mengelola dan memenejemen tim tersebut agar bisa berhasil dalam melakukan suatu kegiatan. Tuhan bukan hanya mengajariku soal manajemen tim diskusi yang masalahnya hanya seputar topik diskusi yang sudah ditentukan. Tetapi disini aku belajar membuat tim yang benar-benar harus bisa diandalkan dengan mencakup segala aspek lini. Keberangkatanku ke Korea Selatan tahun ini membuatku sadar bahwa sebagai seorang calon leader, aku dituntut bisa mengelola masalah dan memecahkan sampai akhir bersama timku. Berhasil atau tidaknya tergantung bagaimana seorang leader itu akan menjalankan perahunya. Seorang pemimpin yang harus bisa menopang yang dipimpin, ketika mereka lelah maka kitalah yang akan menjadi penopang untuk menguatkan mereka. Ketika mereka berniat menyerah, kitalah yang menunjukkan bahwa masih ada jalan yang bisa dilalui. Bersama saling menguatkan, memberi dan melengkapi satu sama lain. Aku tidak akan berangkat ke Korea Selatan tanpa tim yang solid, mereka adalah pihak-pihak yang terlibat dalam usaha keberangkatanku ke Korea Selatan. Aku ada karena mereka, dan karena merekalah aku harus berhasil menjadi seorang pemimpin yang bisa memimpin diri sendiri dan berguna bagi orang-orang disekitarku.

Aku ingin bercerita bagaimana untuk tahun 2015 ini aku melakukan banyak hal untuk pertama kalinya yang sebelumnya tidak pernah aku lakukan. Mulai dari naik kereta api pertama kali eksekutif dan bisnis secara gratis, kemudian naik pesawat pertama kalinya secara gratis insha Allah, naik kapal untuk pertama kalinya dalam hidup meskipun untuk kapal laut hanya berhenti dan tidak berjalan. Awalnya kapal laut milik Kunsan National University tersebut akan berjalan, namun karena cuaca sedang tidak mendukung maka dibatalkan. Seminggu kemarin puas bermain salju untuk pertama kalinya dalam hidup. Hingga nonton pertandingan sepakbola antara Jeonbuk FC di Jeonju World Stadium, langsung di stadion tidak hanya menonton di layar kaca seperti waktu menonton piala AFF jaman Indonesia final dengan Malaysia. Insha Allah minggu depan setelah UAS, aku akan mencoba untuk naik subway tentusaja tidak gratis kali ini tapi aku rasa pengalaman memang mahal dan tidak bisa diukur dengan uang seberapapun itu. Menonton sepakbola langsung di stadion ternyata sangat mengasyikkan dan benar-benar membangkitkan rasa nasionalisme apabila memang kita menonton timnas Indonesia bertanding. Disini saja aku merasakan seperti otomatis mendukung Jeonbuk FC karena aku berasal dari Universitas di daerah yang sama. Aku membayangkan pastinya akan sangat mengasyikkan bisa berteriak-teriak mendukung timnas Indonesia yang bertanding dengan lawan. Aku yakin suatu saat sepakbola Indonesia bisa masuk ke piala dunia seperti Korea Selatan.


Aku sendiri tertawa dengan kekonyolan diriku, andai saja aku menyadari sejak dulu betapa asyiknya menonton sepakbola pastinya aku tidak melewatkan untuk mendukung timnas Indonesia bertanding. Disini ketika tim local Jeonbuk FC bermain, begitu banyak masyarakat berbondong-bondong memenuhi stadion untuk mendukung tim bermain. Mulai dari anak balita hingga ibu-ibu dan bapak-bapak yang sudah memiliki cucu tidak ketinggalan untuk datang ke stadion tidak hanya kaum muda saja. Aku membayangkan suatu saat nanti masyarakat di Indonesia mulai menyatukan kekuatan untuk mencintai tanah air salah satunya lewat dukungan terhadap sepakbola tanah air. Disini sponsor juga tidak pernah tanggung-tanggung, mereka membuka stand diluar stadion dengan begitu banyak makanan, oli, dan lainnya. Tetapi jangan salah, mereka tidak berjualan tetapi membuka game untuk syarat mendapatkan makanan tersebut. Hanya sekedar gamers tahu tentang perusahaan mereka dan mengucapkan slogan mereka kemudian bermain game, setelah itu makanan sudah berada di tangan. Perjalanan dari kampus ke Stadion juga lumayan jauh sekitar satu jam, namun semua kegiatn ini gratis diikuti oleh mahasiswa internasional baik yang sedang exchange maupun master dan doctoral. Meskipun cuaca sangat dingin namun tidak menyurutkan semangat supporter yang mendukung Jeonbuk FC.  Aku bermimpi jika supporter Indonesia kelak bisa menjadi normal dan tidak lagi ada cerita brutal kepurbaan yakni tawuran antarsuporter.


Seminggu kemarin untuk pertama kalinya aku melihat salju, sesuai dengan doaku untuk bisa melihat salju pertama kali di usia 21 tahun. Tuhan sangat baik, meskipun hari ini salju turun dan cepat mencair sebelum sempat dinikmati tetapi aku sudah merasakan bagaimana dinginnya salju ketika turun. Bahkan tidak turunpun cuaca disini sangat-sangat dingin. Salju adalah hadiah terindah menjelang usia 22 tahun, tetapi memiliki keluarga hebat di tanah air adalah anugerah yang tidak pernah bisa aku bayar dengan apapun pada Tuhan. Salju bukanlah sebuah akhir, tapi perjalanan panjang menuju beasiswa master politik di Seoul National University tetaplah membutuhkan usaha yang jauh lebih besar. Nantinya akan ada salju kedua disini dimana aku akan membawa keluargaku kesini bagaimanapun caranya. Seperti yang selalu aku katakan pada keluargaku, Tuhan itu maha Kaya maka mintalah padaNya, dia akan memberikan kecukupan bagi kita jika memang kita pantas atas apa yang kita perjuangkan.


Hari ini aku pergi ke pantai untuk pertama kali di Korea setelah 4 bulan di Korea Selatan tidak pernah melihat Pantai. Kunjungan untuk mahasiswa Internasional kali ini ke Pelabuhan Kunsan dimana aku menaiki kapal dari Kunsan National University berlabuh. Di dalam kapal kami diberi banyak penjelasan oleh pemandunya, dan alhamdulilah menu  makan siang hari ini aja cumi-cumi favorit. Kemudian setelah selesai di pelabuhan aku dan teman mahasiswa lainnya beranjak ke museum kemaritiman. Hari ini benar-benar aku kembali menengok betapa ada banyak hal besar yang aku alami, bahkan mungkin tidak bisa aku ceritakan untuk saat ini. Walaupun untuk semua ini aku harus mengorbankan juga mengikuti kelas tetapi insha Allah pilihanku sudah tepat sesuai kondisi. Nantinya aku harus pulang dengan membawa banyak pengalaman dan ilmu dari sini untuk bisa aku terapkan di tanah air. Sebagai calon pembuat kebijakan, akan banyak sekali referensi yang aku butuhkan nantinya untuk membangun tanah airku. Berarti total sudah singgah di 3 Universitas, Chonbuk National University, Jeonju University dan Kunsan National University. 

Komentar

Postingan Populer