10 Days @ Akmil Magelang


             Hari ini aku ingin bercerita pada seluruh keluarga Kerajaan Andromeda tercinta, tentang semua yang terjadi di sepuluh hari sebagai salah satu hari terbaik yang pernah ada dalam hidupku. Sepuluh hari yang akan membawa perubahan dalam hidupku dan sepuluh hari yang akan mengubah takdirku ke depannya semoga. Cerita akan dimulai ketika aku mulai berangkat ke Akademi Militer untuk mengikuti Camp dari donatur Indofood yang memberiku beasiswa lewat yayasan KSE. Pertama aku sudah banyak bertanya pada kawan-kawan yang lebih dahulu mencicipi Camp di Akmil tahun lalu, dari mereka aku mendapat banyak gambaran soal  bagaimana kegiatan di Akmil berjalan serta apa saja persiapan yang harus aku lakukan sebelum kegiatan itu terjadi. Sudah beberapa minggu sebelum camp tersebut aku sudah serius untuk melakukan lari setiap ada kesempatan, pada intinya agar nanti tubuh tidak kaget dan tetap sehat ketika menjadi taruna selama 10 hari ceileh. Selama 10 hari menjadi pengalaman paling berharga ketika seolah menjadi taruna yang sedang menimba ilmu di Akademi Militer.
            Aku tidak tahu lagi harus mengatakan apa selama sepuluh hari terbaik yang pernah ada dalam hidupku selain kata amazing bahwa itu terjadi dalam hidupku. Sepuluh hari itu aku bisa berkenalan dengan anak anak hebat dari seluruh Universitas terbaik di Indonesia. Sepuluh hari terbaik aku bisa bertemu dengan tokoh tokoh hebat di Indonesia Presdir XL dan Indofood, juga gubernur Akademi Militer beserta jajaran petinggi di akademi Militer. Semua bermula saat drum marching band berbunyi dan pleton demi pleton masuk melalui pintu ksatrian yang dibuka setahun sekali ketika taruna yang diterima di Akmil pertama kali memasuki Akmil. Rasanya semua campur aduk menjadi satu antara senang, takut akan tanggungjawab yang besar dan juga rasa bahagia bisa menjadi bagian dari leadership camp terbaik yang pernah ada. Selama sepuluh hari kami dididik semi militer dan benar benar ditekankan bagaimana hidup dengan disiplin seperti para taruna. Push Up, jalan jongkok, merayap, merangkak semua bukanlah sebuah masalah bagi kami setelah beberapa hari kami sudah sangat beradaptasi dengan keadaan seperti itu. Mungkin kami terlalu mendalami dan bahkan kami sudah menjiwai layaknya taruna.

            Gambar di atas adalah satu pleton yang terdiri dari 28 anak hebat dari seluruh pelosok Indonesia, kami tim pertama yang maju untuk tugas memecahkan misi yang diselesaikan dengan mengaplikasikan pengetahuan menggunakan kompas. Tidak ada keluh kesah, tidak ada lambat lambat, tidak ada kata menyerah, tidak ada kesalahan, yang ada hanyalah cepat dan tepat itulah mengapa kami dididik selama sepuluh hari terbaik di Akmil. Seorang pemimpin harus cepat dan tanggap terhadap segala situasi dan memutuskan perkara dengan tepat, tidak ada kata menyerah ataupun berkeluh kesah karena itulah tugas seorang pemimpin untuk member pengayoman bagi yang dipimpinnya nanti. Aku mendapat pelajaran sangat berharga bahwa ternyata aku masih sedikit menyimpan sikap dan watak egois dalam diriku, mungkin memang aku seperti itu tidak memperdulikan orang lain dan asalkan aku bisa hidup tanpa merepotkan orang lain. Tapi aku salah, bahwa Tuhan menitipkan potensi dan kemampuan padaku lebih dari sekedar manusia biasa dan manusia rata-rata. Aku sadar jika aku acuh dan tidak peduli maka aku hanyalah pecundang yang sangat berdosa karena kufur terhadap nikmat yang Tuhan berikan padaku. Tuhan ingin aku membagi dengan orang lain, Tuhan ingin dengan kemampuan yang dia titipkan padaku aku bisa menolong orang lain itulah yang aku temukan selam sepuluh hari terbaik dalam hidupku di Akmil kemarin.
            Tubuhku juga sudah mulai terbiasa dengan sengatan sinar matahari yang tanpa aku sadari membuatku sangat kaget ketika pulang dari Akmil mendapati wajahku telah gosong dan hitam maksimal. Tapi bukan tentang wajah yang hitam aku ingin bercerita, tapi tentang betapa berharganya pengalaman yang aku dapatkan di Akmil selama sepuluh hari tersebut. Hal terbaik lainnya adalah aku bisa berkenalan dengan teman teman hebat dari seluruh penjuru Indonesia, tidak akan ada hal lain yang bisa kulakukan untuk kalian teman hebat selain menyimpan dalam memori kenangan serta menulis kisah yang bisa aku tulis agar kelak ada orang yang akan membaca kisahku dan tahu tentang betapa indahnya persahabatan yang terjalin selama sepuluh hari terhebat. Trimakasih tidak bisa lagi cukup untuk menggambarkan betapa besar peranan KSE dan Indofood dalam sepuluh hari terbaik itu. Memanggul tempat menjemur handuk, berlarian kesana kemari karena dikejar waktu seolah sudah menjadi hal biasa semenjak beberapa hari di Akmil, juga suara sendok yang beradu dengan piring ketika beberapa teman tidak bisa mengendalikan rasa ketakutan mereka untuk makan dengan cepat. Sungguh pelatih di Akmil yang juga sangat awesome.
            Juga selama empat kali berbincang dengan taruna dan berkenalan membuatku semakin kagum pada mereka. Taruna yang lolos seleksi se Indonesia dan menjadi siswa di Akmil merupakan paket lengkap yang mendekati sempurna. Fisik yang teruji, bidang akademis yang juga dituntut untuk bisa berfikir cerdas dan cepat, dan yang paling membuatku kaget adalah ketika salah satu taruna kalau tidak salah namanya Andika yang bercerita bahwa ternyata mereka juga berkuliah di UGM. Mas Andika berasal dari Bandung, dia banyak menceritakan kisah tentang bagaimana taruna di Akmil juga berkuliah di Jurusan Teknik Sipil dan Pertahanan UGM, semua itu dikarenakan Lab Akmil kurang memadai sehingga mengadakan kerjasama dengan UGM dimana taruna terkadang berkuliah di UGM. Pantas dulu di Lembah UGM aku pernah melihat seragam coklat tersebut namun aku belum tahu kalau ternyata mereka adalah taruna Akmil. Sayangnya taruna banyak yang berkuliah di Tekhnik, andai saja di Fisipol juga hehehe pasti sudah heboh mahasiswi Fisipol, dan sayangnya lagi Tekhnik dan Fisipol itu bagaikan kutub utara dan selatan yang sangat jauh dan tidak bisa bersatu. Aku tidak berharap dengan taruna karena aku sadar mindset yang sudah berkembang di masyarakat adalah taruna biasanya mencari calon istri dari kalangan mahasiswi kesehatan, jadi cukup senang saja bisa berkenalan. Kalaupun suatu saat bisa bertemu itu bagus kalaupun tidak bukan sebuah masalah.

           Gambar itu adalah foto yang diambil teman saat makan siang bersama taruna, mungkin bukan foto ku tapi setidaknya menggambarkan bagaimana suasana di dalamnya aku ikut makan dan berbincang bersama Mas Andika. Mungkin jika kebetulan aku bertemu taruna di Akmil dan kebetulan itu akan menjadi sebuah nasib karena terlalu sering maka tidak menutup kemungkinan akan menjadi sebuah takdir dan sejauh apapun itu akan menjadi dekat, tapi kalaupun tidak tidak masalah buatku. Semoga saja mereka tidak lupa pernah berkenalan dengan anak UGM sepertiku, walaupun hanya selama bincang makan. Kalau tahu ada taruna di UGM mungkin dulu aku akan mengambil jurusan tekhnik sipil (bercanda), hidup tidak akan pernah ada yang tahu bahwa mungkin aku akan berjodoh dan mungkin juga tidak. Mungkin aku tidak sangat-sangat cantik, tapi aku tahu bahwa hatiku jauh lebih cantik daripada apapun. Sepuluh hari terbaik itu tidak akan pernah terlupakan, juga saat berbincang dengan Mas Rizki taruna asli Magelang, dia tampak lucu karena mungkin sudah menjadi siswa tingkat empat dia sudah mulai berani mencela-cela walaupun mungkin hanya orang di dekatnya saja yang bisa mendengar ocehan lucunya. Pada intinya sejujurnya aku sedikit malu karena apabila mahasiswa seperti kami dibandingkan dengan taruna kami masih kalah karena kami hanya jago dalam berdebat dan belum banyak bukti konkret tindakan kami.  
            Aku ingin banyak menceritakan bagaimana aku dan teman sekamarku semangat untuk membuka gordin kamar ketika ada suara nyanyian yang menandakan taruna sedang berlari melewati barak kami menginap entah lari pagi ataupun sore. Tempat  yang bagi sebagian seolah nerakan namun bagi kami para mahasiswi tentunya keberadaan taruna disana membawa sedikit angin surga yang menghembuskan kesejukan. Tetapi pesona taruna yang ada tetaplah kalah apabila dibandingkan dengan taruni yang ada, mereka adalah gadis-gadis perkasa yang dididik untuk menjadi seorang prajurit. Taruni terlihat sangat cantik dan eksotis dengan kulit hitam mereka, kata Mas Andika mereka kebanyakan dari anak-anak paskibraka Nasional yang ditawari untuk menjadi taruni. Sungguh gadis perkasa yang pesonanya tiada luntur hanya karena kulit mereka telah berubah menjadi hitam. Sebetulnya aku masih ingin bercerita banyak hal lain, namun mungkin besok aku bercerita lagi karena sekarang aku sudah sangat mengantuk. semoga jika takdir sudah tertulis maka lautan pun hanyalah seluas genangan air dan gunung hanyaah seonggok pasir yang tiada mampu memisahkan takdir yang telah tergaris di tangan Tuhan. Aamiin

With Love  
Anan Prima
Gadjah Mada University 

Komentar

Postingan Populer