Korea Selatan Negeri Seribu Teknologi
Jika
aku bertanya negara mana yang mengalami percepatan perkembangan cukup pesat
disegala aspek, maka sekarang aku mendapatkan jawabannya yang tidak lain adalah
Korea Selatan. Iya, aku telah menemukan negeri seribu teknologi, sebutan yang
aku berikan untuk Korea Selatan. Memang, mungkin di negara yang telah lama
disebut negara maju, teknologi tersebut sudah lama diterapkan. Entah kenapa
percepatan pembangunan Korea Selatan disegala aspek selalu membuatku takjub.
Hampir di segala lini masyakat disini sudah menggunakan teknologi dala
kehidupan sehari-hari, sangat berbeda dengan kondisi di tanah air. Mungkin
teknologi yang umum digunakan disini hanya bisa dinikmati segelintir masyarakat
kelas atas di tanah air. Aku sendiri tinggal di asrama chambit, asrama paling
mahal dari kampus Chonbuk National University. Pintu asrama sudah umum
menggunakan teknologi password, jadi tidak perlu repot mengunci pintu seperti
dirumah ataupun takut lupa. Bisa dikatakan pintu yang dahulu hanya bisa aku
lihat di drama seperti My Love From The Star kini bisa kucoba secara langsung. Lampu
dimana-mana menggunakan sensor, contohnya lampu di depan lift baru akan menyala
ketika ada penghuni yang mau naik lift. Lampu di pintu bagian dalam kamar juga,
tidak lupa di dalam dormitory atau asrama lengkap dengan AC, dan Hitter ruangan
untuk musim dingin. Jika aku tidak kesini entah kapan aku mencoba kesempatan
untuk merasakan pemanas hiter di musim dingin. Pintu utama asrama juga
menggunakan sidik jari sebagai kunci untuk memasuki asrama, jadi sewaktu
pertama kali datang harus melapor ke kantor pelayanan asrama Chambit sekaligus
melakukan rekam sidik jari yang digunakan sebagai kunci. Otomatis orang luar
tidak bisa masuk sendirian, kecuali masuk bersama mahasiswa yang bisa membuka
pintu dengan sidik jarinya. Mesin cuci asrama dan setrika juga didesain
otomatis, yang mana bisa digunakan kalau kita telah memasukkan sejumlah uang
seharga satu kali mencuci selama 43 menit dan menyetrika selama 1000 detik.
Jadi jika kita tidak membayar terlebih dahulu bisa dipastikan kita tidak bisa
menggunakan fasilitas tersebut.
Jika di tanah air orang-orang masih
bingung bagaimana membawa payung di tempat pembelanjaan, maka disini lain lagi
ceritanya. Ketika musim hujan, tempat pembelanjaan disini menyediakan teknologi
plastik pembungkus payung. Payung tinggal dimasukkan ke dalam lubang alat,
kemudian digeser secara otomatis nanti paying basah yang kita bawa tidak
membasahi lantai dan membuat toko menjadi kotor. Disetiap tempat belanja disini
sudah dilengkapi mesin seperti atm entah sama atau tidak aku sendiri kurang
paham. Setelah membayar dengan kartu kemudian akan disuruh tanda tangan di
mesin yang sudah disediakan, semacam konfirmasi. Bahkan inovasi terbaru yang
aku lihat di drama sudah aku temui disini secara nyata, saat ini kartu atm
tidak lagi hanya berbentuk fisik tetapi sudah banyak yang menggunakan kartu
dalam bentuk software di HP. Ketika hendak membayar cukup menscan layar hp yang
memperlihatkan barcode kartu soft atau onlinenya, jadi bisa aku katakan barcode
seperti terintegrasi di dalam hp. Sebenarnya kartu mahasiswaku juga bisa
didapat secara online, nantinya kartu tersebut untuk syarat masuk perpustakaan
Chonbuk National University. Namun karena kampus juga menerbitkan kartu
mahasiswa yang terintegrasi dengan atm bank maka aku sendiri belum pernah
mencoba menggunakan kartu mahasiswa secara online. Untuk transportasi juga
sudah menggunakan kartu, bisa digunakan untuk naik transportasi umum. Kartu
transportasi tersebut bisa diisi dengan uang seperti atm dan akan habis
dikurangi ketika kita menggunakan kartu tersebut untuk bepergian menggunakan
transportasi, kalau Indonesia mungkin baru Jakarta yang menerapkan. Kartu
tersebut mungkin tidak berbeda jauh dengan kartu busway Jakarta. Semoga saja
semakin lama banyak daerah di tanah air yang bisa menerapkan sistem serupa,
jadi tidak perlu repot membawa uang ataupun kerepotan untuk meminta kembalian.
Bahkan cup kertas yang banyak tersedia di tempat makan pun ditempatkan di alat
teknologi yang membuat penggunaanya lebih praktis dan rapi, ada alat untuk
menaruh cup yang masih bersih maupun cup yang sehabis dipergunakan oleh
pengunjung.
Untuk teknologi yang sudah diterapkan di alat
transportasi umum maupun pribadi juga cukup canggih. Setiap alat transportasi
dilengkapi dengan GPS yang akan menjadi penunjuk arah yang akan dilalui. Ketika
kita naik taksi maka kita bisa melihat jalan yang akan dilalui ke tujuan
seperti yang ditunjukkan di layar peta GPS, sopir tidak akan membohongi atau
membuat kita berputar-putar jika kita baru pertama kali datang ke Korea
Selatan. Bahkan yang lebih mutakhir ketika kita menelepon taksi tidak usah
memberitahukan lokasi secara otomatis sudah terlacak GPS dan taksi akan datang.
Aku memang heran dan takjub, tetapi setakjub apapun aku selalu sadar bahwa
memang teknologi sekarang sudah maju di banyak negara. Mungkin hal yang membuat
takjub adalah begitu besar perbedaan yang aku rasakan disini dan di tanah airku
yang belum semaju Korea Selatan. Temanku yang sudah lancar berbahasa Korea
pernah bercerita bahwa dia sempat bertanya-tanya dan mengobrol dengan supir
taksi, dan ternyata taksi disini tidak semuanya dimiliki oleh swasta seperti di
tanah air, tetapi diberikan oleh pemerintah untuk Bahkan yang lebih lebay
ketika aku beberapa kali menumpang mobil dosen satu dan yang lain semua
mobilnya dipasang GPS, aku sih positif aja mungkin aja mobilnya sering dipakai
keluar negeri sehingga perlu GPS hahahahaha. Aku dan temanku bahkan sempat
bergumam untuk apa jika hanya perjalanan dari kampus ke rumah bahkan GPS nya
dihidupkan, benar-benar. Untuk transportasi bus sendiri disini sangat bagus,
setiap pemberhentian ada mesin yang akan mengatakan lokasi sehingga kita tidak
perlu khawatir.
Komentar
Posting Komentar