(Part 1)
Aku Anak SMA (2009)
Judulnya emang nipu banget. Kenapa aku bilang judulnya nipu banget?,
karena waktu aku mulai nulis ceritanya udah di semester akhir kuliah. Ada
beberapa alasan yang ngebuat aku kembali menulis kisah masa SMA ku, beberapa
karena aku masih bisa senyum-senyum sendiri kalau inget kekonyolan masa SMA,
dan beberapa karena aku enggak mau momen-momen itu terlupakan begitu saja saat
usia mudaku beranjak pergi. Ketika nanti aku mulai kerja, nikah, punya anak,
dan punya cucu, maka mudah banget aku lupa sama hal-hal kecil yang sebenarnya
sangat ngaruh sama hidupku. Satu-satunya jalan agar aku punya kenangan abadi
adalah dengan nulis semua itu dalam kenangan yang enggak pudar dimakan usia
”tulisan!”. Kisah ini adalah kehidupanku yang biasa bagi orang lain, tapi di
dalamnya aku bisa nemu berjuta-juta keajaiban yang luarbiasa. Jika kalian
adalah andromeders yang lagi enggak punya kerjaan, boleh banget ikut petualanganku
kembali ke masa SMA. Aku yakin kalau enggak semua yang aku alamin ini pernah
dialamin juga sama kalian. Jangan ragu kalau pengin baca, tokoh-tokoh dalam
cerita ini nyata tapi tentu udah aku samarin untuk melindungi privasi. Karena
memang tujuan utama adalah aku pengin nostalgia ngulang masa SMA ku yang super konyol.
Cerita
ini bakal mulai dari perjuangan yang berdarah-darah, eits tapi tenang soalnya
endingnya lumayan membahagiakan kok walaupun sedikit nyampur sama rasa pahit
asem manis kaya permen nano nano. Ya daripada kelamaan prolog, langsung kenalan
aja sama tokoh utama dalam kisah perjalanan kehidupan SMA. Ananti Primadi atau
biasa dipanggil Cinta, kok ga nyambung nama panjang sama panggilan. Ya udahlah
serah aku dong, sekali-kali lah nyenengi aku biar kalau ntar kalian baca dan
tokohnya namanya Cinta kan pasti yang kebayang sama kalian kalo enggak Cinta
Laura ya Dian Sastro. Kan lumayan gitu kehidupan ku dalam bayangan kalian
levelnya Cinta Laura, meskipun kenyataannya seujung upilnya aja kagak ada *Stop
cermin mana cermin. Cinta adalah anak kampung yang katrok, ndeso, binti,
pelosok yang selalu penasaran dengan kehidupan kota. Aku lulus dari SMP 1 Sande*n
tahun 2009 sekaligus jadi tahun pertamaku masuk SMA. Lulus dari SMP terbaik se
Bantu*l tahun 2009 dengan NIM 35,45 dengan mapel UNAS 4 pelajaran. Waktu itu
aku ingat betul semua anak SMP 1 Sande*n punya dua tujuan utama kalau enggak
SMA 1 Jogj*a ya SMA 1 Bantu*l. Kalaupun nanti ketika enggak ketrima di dua
tujuan itu mungkin SMA lain bisalah jadi alternatif. Waktu itu SMA 1 Bantu*l
enggak pake NIM tapi pake tes untuk menjaring calon siswa, dan ketika itu semua
teman-temanku ribut buat ikut tes disana. Bisa dimaklumilah waktu itu SMA 1
Bantu*l statusnya ahai dengan label RSBI dan kualitas yang enggak diraguin lagi
di Bantul maupun di DIY. Aku termasuk anak yang anti mainstream, ketika semua
orang ribut aku tetap tenang-tenang saja dan sama sekali enggak minat masuk ke
SABA. Waktu itu sebagai anak yang baru lulus cuma mikir, kalau aku masuk SMA 1
Bantu*l, temenku enggak akan nambah signifikan karena paling banter yang ngisi
SMA 1 Bantu*l itu anak lulusan SMP 1 Sande*n sama anak lulusan SMP 1 Bantu*l,
dan berapa persen lagi sisanya dari SMP lain. Pasti jatah kenalan baruku enggak
sebesar kalau aku bener-bener sekolah di tempat baru yang enggak ada anak
lulusan SMP ku (padahal nantinya tetep ada 2 orang lagi dari SMP 1 Sande*n yang
masuk SMAVEN).
Ketika
semua orang ribut untuk mendaftar SMA 1 Bantu*l, aku santai-santai saja. Ibuku
sempat nanya, kok aku enggak ikut ribet daftar di SMA 1 Bantu*l dan aku hanya
bilang kalau aku pengin nyari sekolah di Jogja. Waktu itu aku enggak ada tujuan
pasti mau sekolah dimana, karena sama sekali enggak ada referensi soal sekolah
di kota. Ibuku cuma nyaranin aja buat nyari sekolah yang jalur bis nya enggak
ganti-ganti alias satu arah saja. Akhirnya aku sama ibuku pergi ke SMAVEN dan
untuk pertama kalinya aku bilang “oke aku sekolah aja disini yang jalur bis nya
enak ga usah ganti-ganti!”. Enggak pernah mikirin tu SMAVEN rankingnya berapa
di jogja bagus apa enggak yang penting aku bisa dapat suasana baru. Akhirnya
pendaftaran telah tiba, aku berangkat sendiri dan mengurus pendaftaran sendirian
tanpa ditemani siapapun. Waktu itu aku ingat kalau udah pake sistem milih 3
sekolah dan kalau enggak ketrima di urutan pertama akan kelempar ke
selanjutnya. Hal bodoh pertama yang aku lakukan adalah cuma nulis tujuan
pertama yaitu SMA 7 Yogyakart*a. Seorang Bapak guru yang kelak kukenal lumayan
dekat dan mengajar TIK bertanya.
“Kamu pilihan kedua sama
ketiga di sekolah mana?”.
“Enggak usah pak, saya cuma
maunya sekolah disini aja enggak mau dilempar-lempar”. *Bapaknya dalam hati
bilang ni anak pede banget NIM nya berapa sih?.
“Enggak bisa, tetap ini
pilihan dua sama ketiga harus diisi”.
“kalau gitu SMA yang paling
deket sini mana aja pak?”.
“Muha*madiyah bla bla bla”
“Ya udah pak kalau gitu saya
milih itu aja pilihan kedua sama ketiganya”.
Itu enggak pake mikir,
enggak mikir kalau sampe aku masuk swasta pasti mehong di ongkos dll. Aku cuma
kepikiran kalau enggak ketrima SMAVEN aku masuk SMK 1 Bantu*l aja lah gapapa
malah bisa langsung kerja *dulu mikirnya sih gitu padahal dunia enggak semudah
membalik telapak tangan coy. Habis itu pulanglah dengan hati biasa aja sampai
hari pengumuman tiba. Aku enggak belibet, mau cek pengumuman via online waktu
itu enggak mudeng. Akhirnya aku mutusin buat liat langsung di SMAVEN,
lumayanlah naik bis 1 jam bisa sekalian liat pemandangan baru. Sampai disana
akhirnya aku liat pengumuman dan aku ranking 27 dari semua calon siswa SMAVEN
yang masuk di tahun 2009. Aku jadi mikir hebat betul yak SMP ku dengan UN yang
100 persen sekolahku jujur sama sekali enggak konspirasi ngebantuin muridnya,
bisa-bisanya masukin anak kampung sekolah di kota yang notabene dari luar kota
bisa ranking 27. Lanjut ke hal konyol kedua, habis pengumuman ditempel, disitu
ada pengumuman yang ngeharusin calon siswa daftar ulang di hari yang udah ditentuin.
Oke fix aku nyatet hari X untuk jadwal daftar ulang sekaligus kumpul calon
siswa, tapi dasarnya emang aku ngehek akhirnya lupa nyatet jam nya. Pada hari H
daftar ulang sekaligus hari kumpul perdana aku sampai SMAVEN jam 10.00 dan
langsung dengan pedenya melenggang kangkung jalan ke bangsal wiyatamandala
tanpa ngrasa beban. And you know what?aku dimarahin lagi sama Bapak Guru yang
sama.
“Siapa namanya, kenapa baru
datang?”
“Ananti Primadi Pak!”,
“Oalah pantesan, dari tadi
dicoba dihubungi enggak bisa , jadi daftar ulang apa enggak, dicari no hp juga
enggak ada”
“Lah emang saya enggak ada
hp pak”.
Seketika suasana akward.
“Udah selesai daftar ulang
sana kumpul disana sama temen-temen”.
Baru jalan menuju kumpulan
anak-anak calon siswa SMAVEN tetiba ada suara menggelegar “Baik temen-temen
kita cukupkan dulu kumpul kita hari ini, sampai jumpa di pertama sekolah”.
Finally aku enggak tahu tadi
pengumumannya soal apa. Kayaknya sih cuma selamat datang dari kakak kelas. Sama
ngasih tahu soal tugas apa aja yang dikasih buat MOS 3 hari pertama sekolah.
Untung aja akhirnya aku tahu kalau ada anak SMP ku namanya Nuraina Putratiwi
yang juga masuk SMAVEN, jadi aku bisa nanya-nanya ke dia. Sebenarnya awalnya
rada sebel karena enggak bener-bener sendirian di SMAVEN, ada dua anak dari SMP
yang sama. Tapi gapalah toh akhirnya juga ngasih manfaat juga hahahaha.
Akhirnya aku resmi jadi anak SMA N 7 Yogyakar*ta kelas Sepuluh Satu.
Komentar
Posting Komentar