Aku, Rahasia, dan Tuhan
Kisah
Dibalik Pembukaan Rangkaian Lomba Debat Sadewa 2015
Hari ini aku ingin bercerita tentang kisah tidak
terlihat dibalik kegiatan yang aku lakukan bersama panitia SADEWA 2015 dalam
rangka Opening. Cerita dimulai dari Panitia bersepakat berkumpul pada pukul 6
pagi tepat, namun ada rekan yang berkata bahwa kami harus berkumpul pada pukul
5 pagi. Tidak masalah terlepas aku datang datang pada pukul 5 lebih 15 menit,
karena ternyata panitia ada yang hadir terlambat bahkan lebih dari pukul 6
pagi. Memang dimanapun kepanitiaan mayoritas permasalahan adalah tentang waktu.
Akan tetapi bukan tentang keterlambatan yang ingin aku ceritakan, tapi lebih
kepada kisah tersembunyi dibalik kegiatan opening Sadewa. Aku mulai bisa
mengendalikan diriku untuk kembali seperti dulu lagi dan perlahan menghapus
rasa rendah diriku yang berlebihan. Kepanitiaan Sadewa turut menyumbangkan
inspirasi bagiku untuk menemukan lagi dimana diriku yang sedang menghilang
entah kemana. Kisah ini adalah kisah yang tidak dunia tahu karena itu aku
berfikir untuk menulis jika hanya aku dan Tuhan yang tahu, ketika aku lupa aku
akan bisa membaca kenangan dari apa yang hari ini aku telah tuliskan.
Dulu aku adalah anak yang sangat cemerlang dan
maklum karena otakku sudah dicuci oleh ibuku menjadi seorang yang studi
oriented, SD selalu menjadi yang pertama, SMP masuk jajaran sepuluh besar kelas
dan paralel hingga aku SMA masih menduduki peringkat jajaran 10 besar di kelas
di parallel 50 besar kelas IPA. Kehidupanku
terisi menjadi seorang yang ambisius dan penuh dengan obsesi dengan
mengagungkan logika ilmu pengetahuan diatas segalanya. Hingga akhirnya aku
berada pada titik dimana aku merasa dikecewakan oleh ilmu pengetahuan yang aku
puja.aku tidak memiliki tempat. Ilmu pengetahuan tidak pernah salah, tapi dia
mengecewakanku karena ternyata dia bukanlah segalanya yang bisa membuat
seseorang menjadi tampak cemerlang. Ada begitu banyak hal ketidakadilan yang
akan kita temui dalam kehidupan ini.
Ilmu pengetahuan memang membawaku menduduki posisi
pertama tapi tidak pernah menempatkanku ke dalam posisi utama. Kecantikan,
Kemashyuran keluarga besar yang dimiliki, mendompleng kekayaan orang tua dan
nama besarnya, itu semua yang tidak pernah ilmu pengetahuan berikan padaku atau
lebih tepatnya belum. Sampai pada akhir aku tetap bertahan menjadi orang yang
berusaha tegak walaupun aku tahu tidak banyak orang akan memandangku hanya dari
mengandalkan ilmu pengetahuan untuk saat ini (belum tahu dimasa depan). Hingga pada
suatu ketika aku sampai pada titik dimana aku menjadi orang yang acuh dan tidak
perduli dengan lingkungan yang lebih dulu bertindak tidak adil terhadapku. Aku acuh
dan memendam semua bakat kemampuan dan kepandaian yang Tuhan berikan berlebih
padaku dan memilih menguburkannya untuk menjadi manusia yang acuh. Aku berprinsip
dengan menjadi acuh aku tidak harus peduli pada orang lain, dan dengan kemampuanku
aku juga tidak membutuhkan bantuan dari orang lain.
Tapi kemudian ada saat dimana aku harus melalui
titik yang kemudian banyak orang yang menyayangiku turut menyadarkanku. Bahwa untuk
melaksanakan tugas yang diberikan Tuhan, malaikat tidak harus terlihat bagi
manusia. Aku tidak harus meminta dunia untuk melihatku, tapi tetap lakukan apa
yang harus aku lakukan. Aku sadar bahwa aku sangat berharga dan diberi
kelebihan oleh Tuhan untuk menolong orang yang tidak dia beri kelebihan
sepertiku. Aku harus berubah, jiak tidak maka aku termasuk ke dalam orang-orang
kufur nikmat yang tidak mensyukuri anugrah Tuhan dan membuangnya karena
memutuskan menjadi orang yang acuh tak acuh bagi lingkungan. Musuh yang dulu
sangat aku benci sekarang aku harus berterima kasih pada mereka, teman memang memberi kita kekuatan saat kita
jatuh tapi musuhlah yang membuat kita menjadi lebih kuat, lebih baik dan lebih
lebih lagi dari sebelumnya.
Bertemu dengan teman-teman hebat, aku percaya tidak
ada diantara kami yang paling bodoh ataupun paling pintar karena aku yakin
semua teman yang ikut dalam Sadewa adalah teman yang semuanya pintar dan hebat.
Akan sangat dusta bila aku mengatakan aku paling pintar diantara mereka, tapi
aku tahu aku berbeda karena aku memiliki keteguhan hati yang paling besar
diantara kami semua. Aku adalah seorang yang radikali dan tidak akan berhenti
memperjuangkan sesuatu sebelum berhasil walaupun aku harus mencoba ribuan
bahkan jutaan kali disaat di depan mataku aku melihat teman-temanku mencoba
sekali dan langsung berhasil. Aku menyadari, karena aku bukanlah mahasiswa
terpintar maka jika aku tidak memiliki keteguhan hati disitu tidak akan tersisa
bualan untuk merayu Tuhan. Kami semua
ingin menuju ke kutub Utara dan disaat yang sama kami bertemu dan bertanding di
Roma, padahal perlu kalian ketahui bahwa aku start dari Indonesia dan mereka
start dari Jepang. Lantas bukankah tidak ada yang tidak mungkin jika aku akan
lebih cepat ke kutub Utara?
Aku akan kembali menjadi siapa diriku yang
sesungguhnya, menjadi apa yang pernah aku impikan untuk berguna bagi
masyarakat. Tahun ini adalah tahun dengan banyak sekali refleksi belajar yang
aku alami sebagai manusia yang akan berpindah ke fase dimana aku akan dianggap
mejadi bagian dari masyarakat dan bukan lagi menjadi seorang anak-anak. Aku akan
menekuni dimana kehidupan yang membuatku nyaman dan mengerti arti kehidupan,
kembali menjadi pejuang Semin untuk anak-anak difable dan semoga dalam waktu
dekat aku bisa kembali ke Deaf Art Community seperti dulu lagi. Hidup bukan
hanya untuk membuat diri sendiri tampak cemerlang tapi cemerlangkan lingkungan
maka kamu akan bersinar lebih lama(Anan Prima 2015).
Catatan ini aku buat untuk janjiku
padamu Tuhan,
Keluargaku
dan semua orang yang menyayangiku.
Sleman, 4 April 2014
Komentar
Posting Komentar